Minggu, 07 Februari 2016

Ronggo Rekso Utomo (Lanjutan kedua Bagian 1)



Merekapun sama sama mengambil kuda masing masing yang ditambatkan pada akar pohon beringin , perjalanan ke rumah paman Rekso tidak memakan waktu yang lama , karena rumah paman Rekso berada di pinggiran kota , tepatnya mengarah ke jalan menuju kota Kerajaan dan tak berapa lama merekapun sampai di rumah paman Rekso dan seorang perempuan parobaya menyambut kedatangan mereka dengan suka cita .

Nyai Dipo : Rekso . . . oalah ngger . . . . kamu sudah besar , sekarang sudah jadi orang

Setelah turun dari kudanya Rekso pun menyerahkan kuda itu kepada seorang pembantu di rumah pamannya yang memang meminta kuda itu untuk dibawa ke beakang , Rekso pun segera menghampiri bibinya lalu meraih tangan bibinya dan diciumnya berkali-kali , bibinya pun membalas memeluk Rekso yang sudah dianggap anak sendiri , maklum bibi Rekso tidak mempunyai anak , dulu pernah dimintanya Rekso kepada kakaknya untuk diasuhnya tetapi ibu Rekso tidak mengijinkannya , karena dia juga hanya punya anak Rekso satu-satunya .

Ki Dipoyono : Buneee . . . cepat diajak masuk Rekso itu , suruh makan dan istirahat . . . . nanti
Malam akan kuajak keluar
Nyai Dipo : Hayo masuk ke rumah Rekso , aku sudah siapkan makanan kesukaanmu ayam
Panggang , kamu masih suka ayam panggang kan . . . ? aku juga buatkan sayur kesukaanmu lo . . . . sayur asem sma sambal terasi , hayo makan . . . pasti kamu sudah lapar .
Rekso : Baik bibi . . . . kok aku malah merepotkan bibi
Nyai Dipo : Merepotkan bagaimana . . . ? kamu ini anakku satu-satunya dan sudah lama sekali
Tidak kesini , oh . . ya . . kabar ibumu bagaimana ? sehat sehat saja kan ?
Rekso : Ibu baik baik saja bibi . . . , ibu juga titip salam buat bibi . . . kalau ada waktu bibi
Diminta datang ke desa , mungkin pada hari selamatan wafatnya eyang
Nyai Dipo : Iya . . . pada selamatan wafatnya eyangmu nanti kalau pamanmu bias mengantarkan. Bibi akan kesana , kalau sudah selesai makan kamu istirahat dulu di kamarmu yang dulu , tadi Suradi sudah saya suruh membersihkan karena kamar itu tidak pernah ada yang menempati selain kamu .
Rekso : Baik bibi

Rekso pun segera makan dengan lahapnya , karena memang dia sudah lapar , apalagi bibinya sudah menyiapkan lauk dan sayuran kesukaannya , dulu sewaktu masih remaja Rekso memang pernah tinggal beberapa bulan di rumah pamannya , waktu itu dipertimbangkan daripada di desa kurang pengalamannya lebih baik Rekso tinggal di kota yang ramai bersama paman dan bibinya , tetapi akirnya diputuskan Rekso dikirim ke Padhepokan Windu Jati .

Setelah selesai makan Rekso pergi ke serambi belakan rumah pamannya ,disitu ada dipan besar yang biasa dipergunakan untuk duduk duduk bersama , di halaman belakang tampak Suradi yang sedang membersihkan kuda yang sambil makan rumput hijau segar yang telah disiapkan oleh Suradi , Rekso merebahkan dirinya di atas dipan besar itu sambil mengamati pepohonan dan tanaman bunga di belakang rumah pamannya hingga tanpa terasa Rekso yang kelelahan berkuda seharian itu tertidur lelap .

Hari telah menjelang sore ketika Rekso terbangun karena mendengar ringkikan kuda yang dimasukan kedalam kandang oleh Suradi , dengan perlahan dia bangkit dari tidurnya dan duduk di atas dipan besar itu , diamatinya lingkungan sekelilingnya ternyata suasana sudah agak redup karena matahari sudah berada di ufuk barat , dilangkahkan kakinya menuju ke kamar mandi yang ada di bagian belakang rumah itu lalu Rekso segera membersihkan badan , sambil membayangkan dia akan diajak kemana oleh pamannya nanti malam , setelah selesai mandi Rekso segera berganti pakaian lalu menuju ke ruang depan , yang ternyata bibinya sudah berada di situ .

Nyai Dipo : Eee . . . kamu sudah bangun ngger . . . . , waduh . . . kamu terlihat ganteng
dan gagah ngger , wah . . wah . . bibi bangga sekali terhadapmu
Rekso : Ah . . . bibi bisa saja , paman Dipo kemana bibi . . . kok tidak kelihatan
Nyai Dipo : Pamanmu keluar rumah sedari tadi . . . , katanya kerumah temannya
Rekso : Teman paman siapa ya biii . . .
Nyai Dipo : Wah . . . aku ya gak tahu , teman pamanmu kan banyak , tadi katanya mau
mengajak kamu pergi
Rekso : Iya bibi . . . aku juga menunggu mau diajak kemana
Nyai Dipo : Ya sudah . . . . . ditunggu saja

Mereka berduapun melanjutkan pembicaraan di ruang depan itu sambil menunggu kedatangan paman Rekso hingga tanpa disadarinya situasi diluar rumah sudah gelap karena malam telah tiba .
Tak berapa lama kemudian di depan rumah terlihat paman Rekso masuk ke dalam pekarangan rumah bersama dengan seseorang yang belum pernah dikenal oleh Rekso , dalam hati dia menduga ini pasti teman paman itu , dan tak lama kemudian paman Rekso dan temannya itu masuk kedalam rumah .

Ki Dipoyono : Mari . . mari . . . silahkan masuk Ki Prawiro
Nyai Dipo : Eeeee . . . . kang Wiro . . ., silahkan masuk kang . . . silakan
Ki Prawiro : Terima kasih . . . terima kasih nyai Dipo . . .
Nyai Dipo : Silahkan duduk kakang . . . , kutinggal ke belakang dulu ya . . sebentar
Ki Prawiro : Ya . . . nyai . . . . silahkan
Ki Dipoyono : Ki Prawiro . . . . . inilah keponakanku yang aku ceritakan itu . . . . Rekso . .
ini Ki Prawiro yang ingin aku perkenalkan kepadamu

Rekso beringsut mendekati Ki Prawiro seraya memperkenalkan diri sambil menjabat tangan Ki Prawiro

Rekso : Saya Rekso Utomo . . . . Ki
Ki Prawiro : Ya . . ya . . pamanmu sudah banyak menceritakan kepadaku tentang dirimu ,
Rekso . . . apa tekatmu sudah bulat untuk menjadi prajurit Kerajaan angger . . .
Rekso : Saya sudah mantap untuk menjadi prajurit Ki . . .
Ki Prawiro : Menjadi prajurit itu tidak gampang lo ngger . . . , dan lagi menjadi prajurit itu
sangat berat , banyak peperangan yang harus dihadapi
Rekso : Benar Ki Prawiro . . . saya memang sudah bertekat untuk menjdi seorang
prajurit Kerajaan
Ki Prawiro : Bila karena frustasi atau putus asa atau hanya sebagai pelarian saja lebih baik
kamu jangan menjadi prajurit , karena jadinya akan tidak baik nantinya

Rekso sangat terkejut mendengar ucapan Ki Prawiro . . . seakan Ki Prawiro mengetahui apa isi hati Rekso yang sebenarnya , tapi dia harus bias menyembunyikan semua itu di hadapan Ki Prawiro dan Pamannya sendiri , maka dengan perlahan nafasnya ditariknya dengan teratur agar peredaran darah di dalam tubuhnya tidak nampak bergejolak , dia juga berusaha menenangkan hatinya dan Rekso berusaha tersenyum agar semuanya Nampak wajar .

Ki Prawiro : Baiklah Rekso . . . .bila memang begitu besok pagi-pagi sekali kita berangkat
menuju kota Kerajaan bersama beberapa pemuda yang lain , aku dan pamanmu tadi sudah membicarakan rencana keberangkatan ini
Rekso : Baik Ki . . . . . saya menurut saja dengan apa yang telah dibicarakan denagn
paman
Ki Dipoyono : Benar Rekso . . . . tadi kami berdua sudah membicarakan tentang hal itu dan
segala sesuatunya juga sudah aku persiapkan , bahkan untuk bekalmu di perjalanan besok juga sudah dipersiapkan oleh bibimu
Rekso : Terima kasih paman

Mereka kemudian melanjutkan pembicaraan diruang depan itu dengan obrolan-obrolan ringan , kadangkala diselungi dengan gelak tawa karena obrolannya lucu dan bibi Rekso juga menghidangankan makanan ubi rebus dan pisang bakar sedangkan minumannya dibuatkan wedang sere dengan gula aren , sambil menikmati hidangan yang disediakan mereka melanjutkan pembicaraan hingga dari jauh terdengan bunyi kenthongan yang dipukul sepuluh kali pertanda malam telah larut menunjukan pukul sepuluh malam , Ki Prawiro akirnya mohon diri untuk pulang .

Ki Prawiro : Hari sudah larut malam Ki Dipo . . . sebaiknya aku mohondiri , agar besok
tidak terlambat bangun pagi
Ki Dipoyono : Baik . . . baik Ki Prawiro . . . . .
Ki Prawiro : Rekso . . . aku pulang dulu , persiapkan dirimu untuk berangkat ke kota
Kerajaan besok pagi-pagi sekali
Rekso : Baik Ki Prawiro . . . saya akan mempersiapkan diri , terima kasih Ki . . .
Ki Prawiro : Mari Nyai Dipo . . . terima kasih hidangannya
Nyai Dipo : Mari . . mari Ki Prawiro . . . saya titip keponakan ku ya Ki . . . .
Ki Prawiro : Iya . . iya Nyai . . . jangan kawatir , mari semuanya

Sepulangnya Ki Prawiro dari rumah Ki Dipoyono , merekapun segera beristirahat , karena besok pagi-pagi sekali Rekso harus berangkat ke kota Kerajaan bersama Ki Prawiro dan beberapa pemuda yang lain , Rekso masuk kedalam kamar yang dipersiapkan buatnya lalu direbahkan dirinya di pembaringan kayu yang dulu pernah ditidurinya setiap malam , dipejamkan matanya agar segera dapat tidur , tetapi angan-angan Rekso menerawang jauh kemana-mana , walau matanya terpejam tetapi dipelupuk matanya selalu terbayang hal-hal yang dialaminya , terbayang ibunya yang ditinggalkan di desa , terbayang Padhepokan Windu Jati yang telah menggembleng dirinya , terbayang Galuh Roro Rengganis yang telah dipersunting orang lain terbayang . . . terbayang . . . hingga Rekso terlelap dalam tidur nyenyak , Rekso terbangun ketika mendengar suara memanggil namanya beberapa kali .

Ki Dipoyono : Rekso . . . Rekso . . . bangun ngger . . . hari sudah pagi

Rekso membuka matanya yang masih terasa mengantuk , diusap mukanya dengan telapak tangan beberapa kali lalu dia bangkit dari pembaringan dari kayu itu , dihisapnya nafasnya dalam dalam beberapa kali untuk mendapatkan kesegaran tubuh .

Rekso : Iya paman . . . Rekso sudah bangun
Ki Dipoyono : Cepat bersihkan dirimu lalu berkemas . . . sebentar lagi Ki Prawiro datang
Rekso : Baik paman

Kemudian Resko melangkah ke kamar madi dibelakang rumah untuk membersihkan diri , tak lama kemudian Rekso kembali masuk kedalam kamarnya untuk berganti pakaian dan tak lupa dibungkusnya semua pakaian yang dibawanya , setelah itu Rekso menuju ruang depan dan disitu paman dan bibinya telah menunggunya .

Nyai Dipo : Rekso . . . sudah kamu kemasi barang barang mu ngger . . .
Rekso : Sudah bibi . . .
Nyai Dipo : Ini sudah kusiapkan sarapan . . . biar perutmu tidak kosong , perjalananmu nanti
Akan panjang ngger . . .
Ki Dipoyono : Hayo . . . kamu makan dulu Rekso . .
Rekso : Baik paman . . . baik bibi . . .

Kemudian Rekso mengambil nasi sedikit dan lauk seperti yang dimakannya kemarin , pelan pelan Rekso sarapan karena sebenarnya perutnya tidak biasa sarapan sepagi ini ,

Nyai Dipo : Makanmu kok sedikit ngger . . . kenapa . . ?
Rekso : Tidak apa apa kok bibi . . . .
Nyai Dipo : Ini sudah saya siapkan bekal makan untuk di jalan nanti . . . kota Kerajaan
itu kan jauh sekali dan belum tentu pada saat perutmu lapar kamu mendapatkan warung makan .
Ki Dipoyono : Rekso . . . kepergianmu ke kota Kerajaan untuk menjadi prajurit ini belum bisa
diketahui untuk waktu berapa lamanya . . . . bias sebulan dua bulan bila kamu gagal . . . tetapi bisa juga setahun . . . dua tahun . . . bahkan lima sampai sepuluh tahun baru kamu kembali bila kau menjadi prajurit yang pinunjul

Ki Dipoyono kemudian masuk kedalam bilik kecil yang ada di ruangan itu , tak berapa lama Ki Dipoyono keluar dengan membawa dua bungkusan kaian yang satu besar dan yang satu kecil lalu duduk berhadapan dengan Rekso yang telah selesai makan . Rekso memperhatikan barang yang dibawa pamannya itu dengan penuh tanda Tanya , karena Rekso belum pernah melihat benda itu dan pamannya tidak pernah menceritakan apapun kepadanya .

Ki Dipoyono : Rekso . . . . ini paman sudah siapkan cukup lama untuk kamu ngger . . .

Ki Dipoyono kemudian menyerahkan bungkusan kecil dan bungkusan besar itu kepada Rekso , Rekso menerima barang itu dengan sejuta perasaan sukaria ; takjub dan penuh hormat kepada pamannya yang begitu besar perhatian kepada dirinya , dalam hati dia bimbang dengan apa Rekso akan membalas semua kebaikan paman dan bibinya .

Ki Dipoyono : Ini pemberianku dan bibimu berupa uang dan perhiasan yang tak seberapa ,
uang dan perhiasan ini memang sudah lama sekali kami kumpulkan yang akan kami berikan kepadamu bila kelak kamu hidup berumah tangga . . . . tetapi paman rasa sekarang inilah saatnya untuk kuberikan kepadamu .
Nyai Dipo : Benar . . . anakku . . . memang kami mengumpulkannya untuk kamu ,
pergunakanlah untuk bekal di kota Raja . . . . ingat . . . kamu harus berhemat , jangan hidup boros dan berfoya foya .
Ki Dipoyono : Dengarkan nasehat bibimu Rekso . . .

Ki Dipoyono kemudian membuka bungkusan kain yang besar yang ternyata adalah sebuah keris pusaka yang bagus sekali , dari kerangka dan pamornya terlihat jelas bahwa pusaka itu terawat dengan baik dan diberikannya benda itu kepada Rekso

bersambung

(Karman)




reff : http://mylovelydas.blogspot.com/2015/12/ronggo-rekso-utomo-lanjutan-kedua.html

Tags:

0 Responses to “Ronggo Rekso Utomo (Lanjutan kedua Bagian 1)”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan artikel via email

© 2013 Ruang Inspirasi 2015. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks