Jumat, 29 Januari 2016

Model Norman Fairclough

Model Norman Fairclough


Karakteristik Analisis Wacana Kritis
Analisis wacana kritis melihat bahasa sebagai faktor penting, yakni bagaimana bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan kekuasaan dalam masyarakat terjadi. Mengutip Fairclough dan Wodak (Badara, 2012:29), analisis wacana kritis menyelidiki bagaimana penggunaan bahasa kelompok sosial yang ada saling bertarung dan mengajukan versinya masing-masing. Berikut ini disajikan karakteristik penting dari analisis wacana kritis yang disarikannya oleh Eriyanto dari tulisan Van Dijk, Fairclough, dan Wodak:
Tindakan
Prinsip pertama, wacana dipahami sebagai sebuah tindakan. Dengan pemahaman semacam itu wacana diasosiasikan sebagai bentuk interaksi. Wacana bukan ditempatkan seperti dalam ruang tertutup dan internal. Wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan, apakah untuk memengaruhi, mendebat, membujuk, menyanggah, bereaksi, dan sebagainya.
Konteks
Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks wacana, seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi. Wacana dalam hal ini diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Merujuk pada pandangan Cook (Badara, 2012:30), analisis wacana juga memeriksa konteks dari komunikasi: siapa yang mengomunikasikan dengan siapa dan mengapa; dalam jenis khalayak dan situasi apa; melalui medium apa; bagaimana perbedaan tipe dari perkembangan komunikasi; dan hubungan untuk setiap masing-masing. Studi mengenai bahasa di sini memasukkan konteks, karena bahasa selalu berada dalam konteks dan tidak ada tindakan komunikasi tanpa partisipan, interteks, situasi, dan sebagainya.
Histori
Menempatkan wacana dalam konteks sosial tertentu berarti wacana diproduksi dalam konteks tertentu dan tidak dapat dimengerti tanpa menyertakan konteks yang menyertainya. Salah satu aspek yang penting untuk bisa mengerti suatu teks ialah dnegan menempatkan wacana tersebut dalam konteks historis tertentu.

Ideologi
Ideologi memiliki dua pengertian yang bertolak belakang. Secara positif, ideologi dipersepsi sebagai suatu pandangan dunia yang menyatakan nilai kelompok sosial tertentu untuk membela dan memajukan kepentingan-kepentingan mereka. Adapun secara negatif, ideologi dilihat sebagai suatu kesadaran palsu, yaitu suatu kebutuhan untuk melakukan penipuan dengan cara memutarbalikkan pemahaman orang mengenai realitas sosial. Sebuah teks tidak pernah lepas dari ideologi dan memiliki kemampuan untuk memanipulasi pembaca ke arah suatu ideologi.
Analisis Wacana Kritis (AWK) Model Norman Fairclough
Norman Fairclough (Badara, 2012:26) mengemukakan bahwa wacana merupakan sebuah praktik sosial dan membagi analisis wacana ke dalam tiga dimensi yaitu text, discourse practice, dan sosial practice. Text berhubungan dengan linguistik, misalnya dengan melihat kosakata, semantik, dan tata kalimat, juga koherensi dan kohesivitas, serta bagaimana antarsatuan tersebut membentuk suatu pengetian. Discourse practice merupakan dimensi yang berhubungan dengan proses produksi dan konsumsi teks; misalnya, pola kerja, bagan kerja, dan rutinitas saat menghasilkan berita. Social practice, dimensi yang berhubungan dengan konteks di luar teks; misalnya konteks situasi atau konteks dari media dalam hubungannya dengan masyarakat atau budaya politik tertentu.
Model Norman Fairclough (Eriyanto, 2001: 286) membagi analisis wacana kritis ke dalam tiga dimensi, yakni:
Dimensi Tekstual (Mikrostruktural)
Setiap teks secara bersamaan memiliki tiga fungsi, yaitu representasi, relasi, dan identitas. Fungsi representasi berkaitan dengan cara-cara yang dilakukan untuk menampilkan realitas sosial ke dalam bentuk teks. Analisis dimensi teks meliputi bentuk-bentuk tradisional analisis linguistik ? analisis kosa kata dan semantik, tata bahasa kalimat dan unit-unit lebih kecil, dan sistem suara (fonologi) dan sistem tulisan. Analisis yaitu kohesi dan koherensi, tata bahasa dan diksi.



Dimensi Kewacanan (Mesostruktural)
Dimensi kedua yang dalam kerangka analisis wacana kritis Norman Fairclough ialah dimensi kewacanaan (discourse practice). Dalam analisis dimensi ini, penafsiran dilakukan terhadap pemrosesan wacana yang meliputi aspek penghasilan, penyebaran, dan penggunaan teks. Dari kewacanaan dapat dilihat dari:
Produksi Teks
Pada tahap ini dianalisis pihak-pihak yang terlibat dalam proses produksi teks itu sendiri (siapa yang memproduksi teks). Analisis dilakukan terhadap pihak pada level terkecil hingga bahkan dapat juga pada level kelembagaan pemilik modal.
Penyebaran Teks
Pada tahap ini dianalisis bagaimana dan media apa yang digunakan dalam penyebaran teks yang diproduksi sebelumnya. Apakah menggunakan media cetak atau elektronik, apakah media cetak koran, dan lain-lain. Perbedaan ini perlu dikaji karena memberikan dampak yang berbeda pada efek wacana itu sendiri mengingat setiap media memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Konsumsi Teks
Dianalisis pihak-pihak yang menjadi sasaran penerima/pengonsumsi teks. Contoh pada kasus wacana media perlu dilakukan analisis yang mendalam mengenai siapa saja pengonsumsi media itu sendiri. setiap media pada umumnya telah menentukan ?pangsa pasar?nya masing-masing.

Dimensi Praktis Sosial-Budaya (Makrostruktural)
Dimensi ketiga adalah analisis praktik sosiobudaya media dalam analisis wacana kritis Norman Fairclough merupakan analisis tingkat makro yang didasarkan pada pendapat bahwa konteks sosial yang ada di luar media sesungguhnya memengaruhi bagaimana wacana yang ada ada dalam media. Ruang redaksi atau wartawan bukanlah bidang atau ruang kosong yang steril, tetapi juga sangat ditentukan oleh faktor-faktor di luar media itu sendiri. Praktik sosial-budaya menganalisis tiga hal yaitu ekonomi, politik (khususnya berkaitan dengan isu-isu kekuasaan dan ideologi) dan budaya (khususnya berkaitan dengan nilai dan identitas) yang juga mempengaruhi istitusi media, dan wacananya. Pembahasan praktik sosial budaya meliputi tiga tingkatan Tingkat situasional, berkaitan dengan produksi dan konteks situasinya Tingkat institusional, berkaitan dengan pengaruh institusi secara internal maupun eksternal. Tingkat sosial, berkaitan dengan situasi yang lebih makro, seperti sistem politik, sistem ekonomi, dan sistem budaya masyarakat secara keseluruhan. Tiga level analisis sosiocultural practice ini antara lain:
Situasional
Setiap teks yang lahir pada umumnya lahir pada sebuah kondisi (lebih mengacu pada waktu) atau suasana khas dan unik. Atau dengan kata lain, aspek situasional lebih melihat konteks peristiwa yang terjadi saat berita dimuat.
Institusional
Level ini melihat bagaimana persisnya sebuah pengaruh dari institusi organisasi pada praktik ketika sebuah wacana diproduksi. Institusi ini bisa berasal dari kekuatan institusional aparat dan pemerintah juga bisa dijadikan salah satu hal yang mempengaruhi isi sebuah teks.
Sosial
Aspek sosial melihat lebih pada aspek mikro seperti sistem ekonomi, sistem politik, atau sistem budaya masyarakat keseluruhan. Dengan demikian, melalui analisis wacana model ini, kita dapat mengetahui inti sebuah teks dengan membongkar teks tersebut sampai ke hal-hal yang mendalam. Ternyata, sebuah teks pun mengandung ideologi tertentu yang dititipkan penulisnya agar masyarakat dapat mengikuti alur keinginan penulis teks tersebut.
Gerindra Target Menang di Mayoritas Daerah
JAKARTA-Partai Gerakan Indonesia Raya memiliki optimism tinggi meraih hasil maksimal dalam ajang pemilihan kepala darah (pilkada) serentak 2015. Dengan modal sebagai partai peraih suara terbanyak ketiga pemilu 2014 dan tidak terbelenggu konflik internal, Partai Gerindra memasang target untuk bias memenangkan sebanyak-banyaknya daerah yang mendpat jatah pilkada serentak pada Desember 2015.
? Untuk keseluruhan, kita targetkan bias menangkan pilkada tahun ini,? kata Sekertaris Jendral DPP Partai Gerindra Ahmad Muzani kepada wartawan kemarin (10/4).
Menurut Muzani, target itu merupakan salah satu keputusan rapat pimpinan nasional (rapimnas) Partai Gerindra yang berlangsung 8 April lalu. Muzani menilai, kesuksesan Partai Gerindra pada pemilu 2014 sejatinya lebnih banyak karena kontribusi kader. Karena itu, tidak ada salahnya para kader kembali dioptimalkan demi memeperkuat posisi Gerindra di kancah politik daerah.
? Pilkada ini bagian dari proses konsolidasi menuju (pemilu nasional) 2019. Kita ingin jumlah kursi yang makin signifikan supaya keberadaan partai makin bias dirasakan masyarakat,? ujarnya.
Muzani menyatakan, kader terbaik Partai Gerindra akan ditempatkan sebagai prioritas untuk dicalonkan sebagai kepala daerah. Aspek kapabilitas dan akseptabilitas akan menjadi pertimbangan bagi DPP Partai Gerindra untuk menentukan calon kepala daerah.
Analisis wacana model Norman Fairclough
Teks
Struktur makro
Tema : Gerindra Target Menang di Mayoritas Daerah
Bukti : Partai Gerakan Indonesia Raya memiliki optimism tinggi meraih hasil maksimal dalam ajang pemilihan kepala darah (pilkada) serentak 2015.
Pembahasan: partai Gerindra mentargetkan pada tahun ini ia kana bisa memengankan dalam pilkada.
Super struktur
Pendahuluan
Bukti : Partai Gerakan Indonesia Raya memiliki optimism tinggi meraih hasil maksimal dalam ajang pemilihan kepala darah (pilkada) serentak 2015. Dengan modal sebagai partai peraih suara terbanyak ketiga pemilu 2014 dan tidak terbelenggu konflik internal, Partai Gerindra memasang target untuk bias memenangkan sebanyak-banyaknya daerah yang mendpat jatah pilkada serentak pada Desember 2015.
Pembahasan: partai Gerindra optimistis akan meraih suara terbanyak pada tahun 2015. Karena kemarin di pemilihan 2014 ia memduduki tingkat ketiga.
Isi
Bukti: ? Untuk keseluruhan, kita targetkan bias menangkan pilkada tahun ini,? kata Sekertaris Jendral DPP Partai Gerindra Ahmad Muzani kepada wartawan kemarin (10/4).
Pembahasan : Ahmad Muzani menyampaikan bahwa ia optimistis bisa memenagnkan pilkada pada tahun 2015 dengan dibanatu kader-kader maka ia semakin optimistis untuk menang.
Penutup
Bukti : Muzani menyatakan, kader terbaik Partai Gerindra akan ditempatkan sebagai prioritas untuk dicalonkan sebagai kepala daerah. Aspek kapabilitas dan akseptabilitas akan menjadi pertimbangan bagi DPP Partai Gerindra untuk menentukan calon kepala daerah.
Pembahasan : dalam pemilihan ini kader yang terbaik nanti akan dicalonkan sebagai kepala daerah,

Struktur mikro
Akan
Bukti : Muzani menyatakan, kader terbaik Partai Gerindra akan ditempatkan sebagai prioritas untuk dicalonkan sebagai kepala daerah. Aspek kapabilitas dan akseptabilitas akan menjadi pertimbangan bagi DPP Partai Gerindra untuk menentukan calon kepala daerah.
Pembahasan :  akan disini sesuatu yang akn terjadi bahwa Gerindra berencana bila kader yang terbaik akan dicalonkan sebgai kepala daerah serta kapabilitas dan aksetabilitas yang akan menjadi pertiimbangannya.
Kondisi sosial
Jika dilihat bahwa kondisi sosial masyarakat partai Gerindra akan menang dengan adanya dukungan dari kader serta dengan peringkat ketiga pada peilihan tahun 2014 kemarin.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Dr. , M.Pd. Handout Mata Kuliah Analisis Wacana.
Hamad, Ibnu. tt. Perkembangan Analisis Wacana dalam Ilmu Komunikasi: Sebuah Telaah Ringkas. http://google.com. Diakses 16/05/15.
Rosidi, Imron. 2009. Analisis Wacana. http://guru-umarbakri.blogspot.com/2009/06/kajian-bahasa-26.html. Diakses 16/05/15.
 http://syahrishareswithu.blogspot.com/2011/12/analisis-wacana-kritis-model-van-dijk.html diakses 16/05/15.






reff : http://sietis.blogspot.com/2015/06/model-norman-fairclough.html

Tags:

0 Responses to “Model Norman Fairclough”

Posting Komentar

Subscribe

Berlangganan artikel via email

© 2013 Ruang Inspirasi 2015. All rights reserved.
Designed by SpicyTricks